Sejarah Pendakian Gunung dan Pengetahuan Tentang Panjat Tebing di Indonesia


Sejarah Pendakian Gunung dan Panjat Tebing di Indonesia

1492
Sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Tak jelas benar tujuan mereka, tetapi yang jelas, sampai beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois, sejenis kambing gunung. Jadi mereka memanjat karena dipaksa oleh mata pencaharian, kurang lebih mirip para pengunduh sarang burung walet gua di tebing-tebing Kalimantan Timur atau Karang Bolong, Jawa Tengah.

1623
Yan Carstensz adalah orang Eropa pertama yang melihat “….. pegunungan yang sangat tinggi, di beberapa tempat tertutup salju !” di pedalaman Irian. Salju itu sangat dekat ke khatulistiwa. Laporannya tak dipercaya di Eropa, padahal belum lama berselang diberitakan ada juga salju di Pegunungan Andes dekat khatulistiwa.

1624
Masih berkaitan dengan pekerjaan juga, pastor-pastor Jesuit merupakan orang-orang Eropa pertama yang melintasi Pegunungan Himalaya, tepatnya Mana Pass (pass = pelana/punggungan yang terentang antara dua puncak), dan Garhwal di India ke kawasan Tibet.

1760
Profesor de Saussure agaknya begitu jatuh cinta pada Mont Blanc di perbatasan Perancis-Italia, sehingga dia menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang dapat menemukan lintasan ke puncaknya, untuk penyelidikan ilmiah yang diimpikannya. Sayang tak ada yang tertarik, terutama karena keder terhadap naga-naga yang konon mbaurekso di puncak gunung tertinggi di Eropa Barat itu.

1786
Setelah beberapa percobaan gagal, Puncak Mont Blanc (4807 m) digapai manusia. Mereka adalah Dr.Michel-Gabriel Paccard dan seorang pandu gunung, Jacques Balmat. Puncak tertinggi di Alpen yang didaki sebelumnya adalah Lysjoch (4153 m), tahun 1778.

1830
Alexander Gardiner melintasi Pelana Karakoram dari Sinkiang di Cina ke wilayah Kashmir di India.

1852
Ahli-ahli ukur tanah di India berhasil menentukan ketinggian Puncak XV, 8840 meter. Berarti puncak tertinggi di dunia, mengalahkan Puncak VIII (Kangchenjunga, 8598 m) yang sebelumnya dianggap paling tinggi. Puncak XV itu lalu diberi nama Everest (padahal aslinya orang Nepal menyebutnya Sagarmatha, atau Chomolungma kata orang Tibet). Belakangan ketinggiannya dikoreksi, 8888 meter, lalu dikoreksi lagi menjadi 8848 meter, sampai sekarang.

1854
Batu pertama Zaman Keemasan dunia pendakian di Alpen, diletakkan oleh Alfred Wills dalam pendakiannya ke Puncak Wetterhom (3708 m), cikal bakal pendakian gunung sebagai olah raga.

1857
Alpine Club yang pertama berdiri, di Inggris.

1858
Ketinggian K2 (singkatan Karakoram nomer 2) terukur, 8610 meter, menggeser lagi kedudukan Kangchenjunga menjadi juara tiga.

1865
Dinding selatan Mont Blanc dipanjat untuk pertama kali lewat lintasan Old Brenva, menandai lahirnya panjat es (ice climbing). Sementara itu di Alpen bagian tengah, Edward Whymper dan enam rekannya berhasil menggapai Puncak Matterhorn (4474 m)di Swiss. Tetapi 4 anggota tim, yang saling terikat dalam satu tali, tewas dalam perjalanan turun, ketika salah seorang terpeleset jatuh dan menyeret yang lain. Musibah ini mengakhiri 11 tahun Zaman Keemasan. Tak urung lebih dari 180 puncak besar telah didaki dalam masa itu, sedikitnya satu kali, dan lebih dari setengahnya oleh orang-orang Inggris.

1874
WA Coolidge mendaki Puncak Jungfrau dan Wetterhorn di musim dingin, sehingga digelari Bapak Winter Climbing. Pada tahun 1870-an ini muncul trend baru, pendakian tanpa pemandu, yang segera menjadi ukuran kebanggaan di antara pendaki.

1878
Regu yang dipimpin Clinton Dent berhasil memanjat Aiguille du Dru di Perancis, memicu trend baru lagi, yaitu pemanjatan tebing-tebing yang tak seberapa tinggi namun curam dan sulit.

1883
WW Graham menjadi orang Eropa pertama yang mengunjungi Pegunungan Himalaya dengan tujuan mendaki gunung sebagai olahraga dan petualangan. Dia mendaki beberapa puncak rendah di kawasan Nanda Devi dan Sikkim India, bahkan konon berhasil mencapai Puncak Changabang (6864 m).

1895
Percobaan pertama mendaki gunung berketinggian di atas 8000 meter, Nanga Parbat (8125 m), oleh AF Mummery. Orang Inggris yang sering disebut Bapak Pendakian Gunung Modern ini hilang pada ketinggian sekitar 6000 meter.

1899
Ekspedisi Belanda pembuat peta di Irian menemukan kebenaran laporan Yan Carstensz, yang dibuat hampir 3 abad sebelumnya. Maka namanya diabadikan di situ.

1902
Percobaan pertama mendaki K2, oleh ekspedisi dari Inggris.

1907
Ekspedisi di bawah Tom Longstaff mendaki Trisul (7120 m), puncak 7000-an yang pertama. Longstaff adalah orang pertama yang mencoba penggunaan tabung oksigen dalam pendakian.

1909
Ekspedisi Persatuan Ahli Burung dari Inggris (BPUE) memasuki rawa-rawa sebelah selatan kawasan Carstensz. Dalam 16 bulan mereka kehilangan 16 orang anggota mati dan 120 sakit.

1910
Karabiner buat pertama kali dipakai dalam pendakian gunung, diperkenalkan oleh pemanjat-pemanjat dari Munich, Jerman Barat, diilhami oleh penggunaannya dalam pasukan pemadam kebakaran.

1912
Eks anggota ekspedisi BPUE 1090, Dr.AFR Wallaston, kembali ke Irian bersama C.Bodden Kloss, dengan 224 kuli pengangkut barang dan serdadu. Tiga jiwa melayang.

1921
George L.Mallory dkk. berhasil sampai di North Col Everest dalam perjalanan penjajagan mereka dari sisi Tibet.

1922
Usaha pertama mendaki Everest berakhir pada ketinggian 8320 meter di punggungan timur laut.

1924
Mallory dan Irvine yang kembali mencoba Everest, hilang pada ketinggian sekitar 8400 meter. Rekannya, Edward Norton, mencapai 8570 meter, rekor waktu itu, sendirian dan tanpa bantuan tabung oksigen.

1931
Schmid bersaudara mencapai Puncak Matterhorn lewat dinding utara, sekaligus melahirkan demam North Wall Climbing. Peningkatan taraf hidup di Inggris dan Eropa daratan pada umumnya, menimbulkan perubahan pola penduduk kota melewatkan waktu luangnya, menyebabkan populernya panjat tebing.

1932
Grivel memperkenalkan cakar es (crampoon) model 12 gigi, yang karena efektifnya tetap disukai hingga kini.

1933
Comici dari Italia memanjat overhang dinding utara Cima Grande Lavredo di kawasan Dolomite, Alpen Timur, menandai aid climbing yang pertama. Sekitar tahun ini pula sol sepatu Vibram ditermukan oleh Vitale Bramini.

1936
Dr.A.H.Colijn, manajer umum perusahaan minyak Belanda dekat Sorong, dan geolog DrJ.J.Dozy, menemukan bijih tembaga di kawasan dinding timur Gletser Moriane, tak jauh dari kawasan Carstensz, Irian.

1937
Bill Murray mengubah tongkat pendaki yang panjang menjadi kapak es, menandai lahirnya panjat es modern.

1938
Dinding utara Eiger di Swiss akhirnya berhasil dipanjat, oleh tim gabungan Jerman Barat dan Austria, yang oleh Hitler diiming-imingi dengan medali emas olympiade. Dinding maut ini sebelumnya telah menelan cukup banyak korban, dan berlanjut hingga kini. .

1941
Ekspedisi Archbold ‘menemukan’ Lembah Baliem, kantung suku Dani dengan tingkat kebudayaan yang amat tinggi, di tengah belantara yang seolah tak berbatas dan tak tertembus. Irian kian jadi perhatian ilmuwan-ilmuwan dunia.

1949
Nepal membuka perbatasannya bagi orang luar.

1950
Tibet dicaplok Cina. Pendakian Himalaya dari sisi ini tak diperkenankan lagi. Maurice Herzog memimpin ekspedisi Perancis mendaki Annapurna (8091m), puncak 8000-an yang pertama, menandai awal 20 tahun Zaman Keemasan pendakian di Himalaya. Di Alpen, tali nilon mulai dipergunakan. Sebelumnya, tali serat tumbuhan hampir tak memiliki kelenturan, sehingga ada ‘hukum’ bahwa seorang leader tak boleh jatuh, sebab hampir pasti pinggangnya patah tersentak. Pakaian bulu angsa mulai membuat malam-malam di bivouac lebih nyaman.

1951
Don Whillan menemukan pasangannya, Joe Brown, duet pemanjat terkuat yang pemah dimiliki Inggris. Panjat bebas (free climbing) gaya Inggris menjadi tolok ukur dunia panjat tebing. Walter Bonatti dkk. menyelesaikan dinding timur Grand Capucin, awal aid climbing pada tebing yang masuk kategori big wall.
Bermula di Inggris, terjadi Revolusi Padas. Tebing batu gamping ternyata tak serapuh yang selama itu disangka. Tebing-tebing granit dan batuan beku lainnya mendapat saingan.

1952
Herman Buhl solo di dinding timur laut Piz Badile di Swiss, dalam waktu 4 1/2 jam. Inilah nenek moyang speed climbing. Rekor waktu pada rute tersebut, yang dibuat tahun 1937, 52 jam !

1953
Herman Buhl dkk. menggapai Puncak Nanga Parbat (8125 m), puncak 8000-an kedua yang didaki orang. Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris, menjadi manusia-manusia pertama yang berdiri di puncak atap dunia, Everest.

1954
Ekspedisi Inggris sukses di Kangchenjunga, ekspedisi Perancis sukses di Makalu (8463 m). Di Alpen, Don Whillan dan Joe Brown mencatat dinding Barat Aiguille du Dru dalam 2 hari, rekor lagi.

1955
Walter Bonatti solo pilar barat daya du Dru 6 hari.

1956
Ekspedisi Jepang berhasil mendaki Manaslu (8163 m). Jepang segera menjadi salah satu negara besar dalam dunia pendakian di Himalaya.

1957
Herman Buhl dan tim Austria mencapai Puncak Broad Peak (8047 m), sekaligus mematok pendakian pertama gunung 8000-an dengan alpine tactic.

1958
Lapangan terbang perintis dibuka pada beberapa lokasi di Irian, membangkitkan semangat para pendaki gunung untuk menjajal Carstensz, sang perawan salju di khatulistiwa.

1960
Claudio Barbier dari Belgia solo ketiga dinding utara di Tre Cima Laverdo dalam 1 hari. Pertama kali speed climbing menggunakan teknik gabungan free dan aid climbing. Helm mulai sering digunakan para pemanjat tebing. Harness menjadi wajib, menyusul kematian seorang pemanjat Inggris di Dolomite. Harness pertama yang diproduksi massal dan dijual untuk umum terbuat dari webbing, merek Tankey. Tebing 48 Citatah mulai digunakan sebagai ajang latihan bagi pasukan Angkatan Darat kita.

1961
Ekspedisi dari Selandia Baru coba mendaki Carstensz Pyramide tapi mengalami kegagalan sebab keterlambatan dukungan logistik lewat jembatan udara.

1962
Puncak Cerstensz Pyramide akhirnya berhasil digapai oteh tim Heinrich Heiner. Juga Puncak Eidenburg didekatnya, oleh ekspedisi yang dipimpin oleh Phillip Temple. Awal pemakaian baut tebing di Alpen; Tebing pantai mulai diminati. Pemanjat Amerika Serikat mulai bicara di Alpen, diawali Hemmings dan Robbins yang menciptakan lintasan super sulit di dinding barat du Dru.

1963
Tim gabungan Inggris-AS memanjat dinding selatan Aiguille du Fou, hardest technical climbing di Alpen waktu ilu, dengan teknik-teknik aid climbing gaya AS. Kode etik dalam panjat tebing mulai banyak diperdebatkan di rumah-rumah minum. Pemanjatan solo pertama Eiger Nordwand, oleh Michel Darbellay, dalam satu hari. Bonatti dan Zapelli menyantap mix climbing (ice dan rock) tersulit di Alpen, dinding utara Grand Pilier d’Angle di Mont Blanc. Seorang ahli gletser yang baru kembali dari Antartika berusaha mendaratkan pesawat terbangnya di di Puncak Jaya, dekat Carstensz. Untung angin kencang mengurungkan niatnya, sebab salju tebal di sana terlalu lunak sebagai landas pacu. Tapi buntutnya, dua pesawat DC 3 kandas di lereng utara dan selatannya, pada ketinggian sekitar 4300 meter.

1964
Ekspedisi Cina berhasil mendaki Shisha Pangma (8046 m)di Tibet, satu-satunya puncak 8000-an yang terletak diluar Nepal dan Pakistan (Karakoram). Beberapa pendaki Jepang serta 3 orang ABRI, Fred Athaboe, Sudarto dan Sugirin, yang tergabung dalam Ekspedisi Cendrawasih, berhasil mencapai Puncak Carstensz (4884 m) di Irian. Dua perkumpulan pendaki gunung tertua lahir, Mapala Ul di Jakarta dan Wanadri di Bandung. Tahun ini dianggap awal sejarah pendakian gunung di Indonesia.

1965
Seratus tahun pendakian pertama Matterhorn diperingati dengan peliputan pendakian Hornli dkk. Oleh BBC/TV sampai ke puncak. Untuk pertama kalinya pendakian gunung maupun panjat tebing menjadi olahraga yang juga dapat ‘ditonton’ orang banyak. Robbins dan John Harlin dri AS bikin lintasan lurus di dinding barat du Dru, mendemonstrasikan keunggulan pemanjat AS dalam pemanjatan panjang dan berat. Pemerintah Nepal menutup pendakian Himalaya di wilayahnya.

1967
Revolusi bagi para pemanjat es. Chouinnard memperkenalkan kapak es berujung lengkung, dan McInnes menawarkan jenis Terodactyl. Lahirnya sekrup es berbentuk pipa meningkatkan standar pemanjatan ice climbing. Penggunaan tali kernmantle dipelopori oleh Inggris.

1968
Nafas segar bagi para pendaki, sejumlah lapangan terbang milik misi Katolik dibuka (Ji Irian. Tapi dasar sial, hampir bersamaan dengan itu Pemerintah Rl tidak lagi mengeluarkan izin pendakian di kawasan Carstensz.

1969
Reinhold Messner keluar dari pertapaannya di tebing-tebing Alpen Timur, meluruk ke barat, menyikat dinding es raksasa tes Drotes dalam waktu 81/2 jam solo, membuyarkan rekor sebelumnya, 3 hari. Pemanjat-pemanjat Jepang mulai membanjiri pasaran di Alpen, antara lain bikin lintasan baru di Eiger.

Sensus yang dilakukan British Mountaineering Club (BMC) mengatakan, ada 45.000 pemanjat dan 500.000 walkers, di Inggris saja. Nomer perdana majalah ‘Mountain’ beredar, menjadi media pendaki gunung dan pemanjat tebing pertama yang beredar luas dalam bahasa Inggris, sehingga banyak mempengaruhi perkembangan lewat perdebatan dan opini. Pemerintah Nepal membuka kembali wilayahnya bagi pendakian Himalaya, dengan beberapa peraturan baru dan membatasi pendakian pada puncak-puncak yang terdaftar dalam permitted peaks saja. Agen-agen trekking komersial tumbuh dan berjibun seperti kutu yak, menggelitik kelompok-kelompok kecil dari luar ‘main-main’ di Himalaya dengan mudah dan murah. Soe Hok Gie dan ldhan Lubis gugur di Gunung Semeru, terkena gas beracun.

1970
Dinding Selatan Annapurna dirambah tim Inggris, menggunting pita pembukaan era pendakian jalur-jalur sulit di gunung-gunung besar. Tingkat kesulitan lintasan menjadi lebih penting dari pada sekedar mencapai puncak. Ini tak lepas dari kian canggihnya perlengkapan panjat es, kecepatan pemanjatan meningkat drastis. Di Alpen artificial climbing tambah populer dan kaya teknik. Kurang lebih tahun ini pula lahir cabang panjat dinding. Tebing buatan yang pertama dikenal orang kemungkinan besar didirikan di Universitas Leeds,Inggris. Perancangnya Don Robinson, yang kemudian juga merancang dinding panjat di Acker’s Trust, Birmingham, dinding panjat pertama yang diklaim mampu menampung segala pegangan, pljakan dan gerakan panjat tebing, sekaligus menawarkan bentuk sculpture yang artistik. Sejalan dengan itu, bentuk-bentuk latihan terpisah dalam panjat tebing mulai menggema. Salah seorang pelopornya ialah Pete Livesey, pemanjat yang juga pecinta speleologi dan olahraga kano, serta punya dasar di atletik sebagai pelari. Pete tahu benar pentingnya latihan spesifik bagi jenis-jenis olahraga tersebut. Dan dia mencoba menerapkan prinsip yang sama pada panjat tebing. Pelan tapi pasti, panjat tebing mulai dipandang lebih sebagai kegiatan atletis, ketimbang sekedar ‘hura-hura di tebing’. Tak lagi memadai semboyan ‘best training for climber is climbing’, apalagi hanya dengan memupuk kejantanan lewat gelas-gelas bir, seperti yang selama & dianut.

1971
Kawasan Carstensz kembali dibuka untuk pendakian, segera diserbu oleh ekspedisi-ekspedisi dari Australia, Jerman, AS, bahkan Hongkong. Tahun ini pula Mapala UI berhasil mencapai Puncak Jaya, antara lain oleh Herman O. Lantang dan Rudy Badil, orang-orang sipil Indonesia pertama.

1972
Untuk pertama kalinya panjat dinding masuk dalam jadwal olimpiade, yaitu didemonstrasikan dalam Olympiade Munich.

1974
Pasangan Reinhold Messner dan Peter Habeler mendaki Hidden Peak (8068 m) di Karakoram, 3 hari dengan Alpine push, kemudian memecahkan rekor kecepatan Eiger, 10 jam.

1975
Ekspedisi dari Jepang menjadi tim wanita pertama yang menjejakkan Puncak Everest. Sementara itu Cina mengirimkan tim pertamanya, dari punggungan timur laut. Perlengkapan panjat es kian lengkap, lalu ramalan cuaca kian akurat dengan intervensi komputer. Akibatnya, seolah tak ada lagi pelosok Alpen yang terpencil. Namun, bercak-bercak kapur magnesium mulai terasa merisihkan tebing-tebing di Inggris dan Eropa daratan, kebanyakan dituduhkan sebagai ulah pemanjat-pemanjat ‘hijau’, yang mengobral magnesium pada lintasan-lintasan yang seharusnya bisa dilampaui tanpa bubuk itu.

1976
Harry Suliztiarto tak sanggup lagi menahan obsesinya, dengan tali nilon dia mulai latihan panjat memanjat di Citatah, dan dibelay oleh pembantu rumahnya. Patok pertama panjat tebing modern di Indonesia.

1977
Skygers Amateur Rock Climbing Group didirikan di Bandung oleh Harry Suliztiaito, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu, Deddy Hikmat. Inilah awal tersebarnya kegiatan panjat tebing di Indonesia. Ekspedisi Selandia Baru coba mendaki Everest tanpa bantuan sherpa. Mereka cuma sampai South Col, tapi mereka mereka seolah memukul gong yang gaungnya merantak ke mana-mana, ‘ekspedisi berdikari’. Yang pro mengganggapnya sebagai kejujuran yang wajib, yang kontra melecehkannya sebagai kesia-siaan yang konyol. Perdebatan tak selesai hingga kini.

1978
Messner & Habeler menggegerkan dunia kangouw Himalaya dengan pendakian Everest tanpa bantuan tabung oksigen. Tambah geger ketika Messner bersolo karier di Nanga PQrtied dalam waktu 12 hari. Pendakian solo ini oleh banyak pakar dianggap lebih penting daripada pendakian tanpa oksigennya.
Pemerintah Nepal menambahkan beberapa permitted peaks.

1979
Harry Suliztiarto memanjat atap Planetarium, Taman Ismail Marzuki.

1980
Tebing Parang untuk pertama kalinya oleh tim ITB, di bawah pimpinan Harry Sulisztiarto. Wanadri untuk pertamakalinya menyelenggarakan ekspedisi ke Carstensz di Pegunungan Jayawijaya. Skygers menyelenggarakan sekolah panjat tebing untuk pertama kalinya. Sampai kini belum ada lagi kelompok yang membuat pendidikan panjat tebing untuk umum seperti ini.
Pemerintah Nepal membuka kesempatan pendakian musim dingin, di samping musim semi dan musim gugur. Kian banyak kaki meratakan jalan-jalan setapak dipelbagai pelosok Himalaya, kikan tinggi sampah menumpuk di sana-sini. Sebagai gantinya, konon mata uang asing makin deras mengalir ke sana. Tapi siapa yang tambah kaya?

1981
Dua ekspedisi Indonesia sekaligus di dinding Selatan Carstensz, Mapala Ul dan ITB. Salah seorang anggota tim Mapala Ul, Hartono Basuki, gugur di sini. Jayagiri dari Bandung mengirimkan Danardana mengikuti sekolah pendaki gunung di Glenmore Lodge, Skotlandia, dilanjutkan pendakian Matterhorn di Swiss.

1982
Jayagiri kembali mengirimkan orang, Irwanto, ke sekolah pendakian di ISM, Swiss, dilanjulkan ekspedisi 4 orang ke Mont Blanc di Perancis, dan Matterhorn serta Monte Rosa di Swiss. Ahmad dari kelompok Gideon Bandung tewas terjatuh di Tebing 48 Citatah, korban pertama panjat tebing di Indonesia.

1984
UGM (Mapagama) mengirimkan Tim Ekspedisi Gajah Mada ke Irian Jaya. Tim panjatnya berhasil mencapai puncak Carstensz Pyramide melalui jalur normal. Tebing Lingga di Trenggalek, Jawa Timur, serta tebing pantai Uluwatu di Bali, berhasil dipanjat oleh kelompok Skygers bersama GAP (Gabungan Anak Petualang) dari Surabaya.

1985
Tebing Serelo di Lahat, Sumatra Selatan, berhasil dipanjat oleh tim yang menamakan dirinya Ekspedisi Anak Nakal. Ekspedisi Mapala Ul gagal mencapai Puncak Chulu West (6584 m) di Himalaya, Nepal. Ekspedisi Jayagiri gagal memanjat Eiger Nordwand.

1986
Kelompok gabungan Exclusive berhasil memanjat Tebing Bambapuang di selatan Toraja, Sulawesi Selatan. Ketompok UKL (Unit Kenal Lingkungan) Univeritas Pajajaran Bandung memanjat tebing Gunung Lanang di Jawa Timur. Pemanjat-pemanjat Jayagiri Bandung merampungkan Dinding Ponot di air terjun Sigura-gura, Sumatera Utara. Ekspedisi Jayagiri mengulang pemanjatan Eiger, berthasil, menciptakan lintasan baru. Mapala Ul mengirimkan ekspedisi ke Puncak Kilimanjaro (5895 m) di Afrika antara lain Don Hasman (Wartawan Mutiara). Kompetisi panjat tebing pertama di dunia diselenggarakan di Uni Soviet, di tebing alam, dan sempat ditayangkan juga oteh TVRI.

1987
Empat Anggota Ekspedisi Aranyacala Universitas Trisakti tewas diserang Gerombolan Pengacau Irian dalam perjalanan menuju Jayawaijaya.
Ekspedisi Wanadri menyelesaikan pemanjatan Tebing Batu Unta di Kalimantan Barat. Kelompok Trupala memanjat tebing Bukit Gajah di Jawa Tengah. Sepikul di Jawa Timur disantap Skygers. Beberapa ekspedisi dan pendaki Indonesia dikirimkan keluar negeri. Mapala Ul ke Puncak Chimborazo (6267 m)dan Cayambe (gagal) di Pegunungan Andes, Amerika Selatan. Ekspedisi Wanita Indonesia Mendaki Himalaya ke lmja Tse, Himalaya, hampir bersamaan dengan dua anggota Ekspedisi Jayagiri Saddle Marathon yang sedianya berambisi memanggul sepeda ke puncak namun terhadang birokrasi Nepal. Di Afrika, ekspedisi sepeda ini berhasil mencapal puncak tertingginya, Kilimanjaro (5895 m) dan Mount Kenya (5199 m, tanpa sepeda). Ekspedisi Wanadri gagal mencapai Puncak Vasuki Parbat (6792 m) di Garhwal Himalaya, India. Lomba panjat tebing pertama di Indonesia dilaksanakan di tebing pantai Jimbaran di Ball.

1988
Dinding panjat buat pertama kali diperkenalkan di Indonesia, dibawa oleh 4 atlet pemanjat Prancis yang diundang atas kerjasama Kantor Menpora dengan Kedubes Perancis di Jakarta. Mereka juga sempat memberikan ilmu lewat kursus singkat kepada pemanjat-pemanjat kita. Bersamaan, lahir Federasi Panjat Gunung & Tebing Indonesia, diketuai Harry Suliztiarto. Untuk pertama kalinya disusun rangkaian kejuaraan untuk memperebutkan Piala Dunia Panjat Dinding yang direstui dan diawasi langsung oleh UIAA (badan Internasional yang membawahi federasi-federasi panjat tebing dan pendaki gunung), diawali dengan kejuaraan di Snowbird, Utah, AS. Ekspedisi panjat tebing pertama yang dilakukan sepenuhnya oleh wanita, Ekspedisi Putri Parang Aranyacala, Tower III. Sedangkan kelompok putranya memanjat Tebing Gunung Kembar di Citeureup, Bogor. Ekspedisi UKL Unpad Bandung di Batu Unta, Kalbar, kehilangan satu anggotanya, Yanto Martogi Sitanggang jatuh bebas. Speed climbing pertama di Indonesia dilakukan oleh Sandy & Jati, di dinding utara Parang, 3 jam. Sekaligus merupakan pemanjatan big wall pertama tanpa menggunakan alat pengaman sama sekali, keduanya hanya dihubungkan dengan tali.
Lomba panjat ‘tebing buatan’ pertama dilakukan di Bandung, mengambil dinding gardu listrik. Ekspedisi Wanadri berhasil menempatkan 3 pendakinya di Puncak Pumori (7145 m) di Himalaya, Nepal, disusul pasangan Hendricus Mutter dan Vera dari Jayagiri mendaki Imja Tse (6189 m), tanpa bantuan sherpa.
Lalu di Alpen, Ekspedisi Jayagiri Speed Climbing gagal memenuhi target waktu 2 hari pemanjatan dinding utara Eiger, mulur menjadi 5 hari. Sedangkan ekspedisi dari Pataga Jakarta berhasil menciptakan lintasan baru di dinding yang sama. Di Yosemite, AS, Sandy Febyanto dan Jati Pranoto dari Jayagiri memanjat Tebing Half Dome (gagal memecahkan retor John Bachar & Peter Croft 4,5 jam) dan Tebing El Capitan (gagal memecahkan rekor 10,5 jam).

1989
Awal tahun dunia panjat tebing Indonesia merunduk dilanda musibah, gugurnya salah satu pemanjat terbaik Indonesia, Sandy Febyanto, jatuh di Tebing Pawon, Citatah. Tapi tak lama, semangat almarhum seolah justru menyebar ke segala penjuru, memacu pencetakan prestasi panjat tebing di Bumi Pertiwi ini.
Tim Panjat Tebing Yogyakrta/TPTY melakukan ekspedisi ke Dinding Utara Carstensz tetapi gagal mencapai puncak secara direct, namun jalur normal Carstensz berhasil dipanjat sebelumnya. Kembali kawasan Citeureup dirambah anak Aranyacala, kali ini Tebing Rungking. Arek-arek Young Pioneer dari Malang memanjat tebing Gajah Mungkur di seputaran dalam kawah Gunung Kelud. Kemudian tim Jayagiri dalam persiapannya ke Lhotse Shar di Nepal, mematok target memanjati semua pucuk-pucuk tebing sekeliling kawah Kelud tadi, tapi tak berhasil. Ekspedisi Lhotse Shar itu sendiri batal berangkat.
Tebing Uluwatu dipanjat ekspedisi putri yang kedua, dari Mahitala Unpar. Kelompok MEGA Universitas Terumanegara melakukan Ekspedisi Marathon Panjat Tebing, beruntun di tebing-tebing Citatah, Parang, Gajah Mungkur, dan berakhir di Uluwatu, dalam waktu hampir sebulan, marathon panjat tebing pertama di Indonesia. Ekspedisi Putri Lipstick Aranyacala dia Bambapuang, tapi musibah menimpa sebelum puncak tergapai. Ali Irfan Batubara, fotografer tim, tewas tergelincir dari ketinggian. Tahun ini tercatat tak kurang dari sepuluh kejuaraan panjat dinding diselenggarakan di Indonesia. Beberapa yang besar antara lain di Universitas Parahyangan Bandung, Universitas Trisakti Jakarta, ISTN Jakarta, di Markas Kopassus Grup I Serang, dua kali oleh Trupala SMA-6 (di Balai Sidang dan Ancol), lalu SMA 70 Bulungan Jakarta, kelompok KAPA FT Ul, Geologi ITB. Mapala Ul bikin 2 ekspedisi, Mount Cook (3764 m) di Selandia Baru dan Puncak McKinley (6149 m) di Alaska. Empat anggota Wanadri mengikuti kursus pendakian gunung es di Rainier Mountaineering Institute di AS, dilanjutkan dengan bergabung dengan ekspedisi AS ke Kangchenjunga di Himalaya. Di Alpen, Ekspedisi Wanita Alpen Indonesia berhasil pula merampungkan misinya, mendaki 5 puncak tertinggi di 5 negara Eropa, Mont Blanc (4807m, Perancis), Grand Paradiso (4601 m, Italia), Marts Rosa (4634 m, Swiss), Grossgiockner (3978 m, Austria) dan Zugsptee (2964 m, Jerman Barat). Akhir tahun ini ditutup dengan gebrakan Budi Cahyono melakukan pemanjatan solo di Tower III Tebing Parang. Artificial solo climbing pada big wall yang pertama di Indonesia.

1991
Aryati menjadi wanita Asia pertama yang berhasil menjejakkan kakinya di Puncak Annapurna IV, Himalaya, pada Ekspedisi Annapurna Putri Patria Indonesia. Tim Srikandi Tim Panjat Tebing Yogyakarta (6 orang) membuat jalur di Bukit Tanggul, Tulung Agung, Jawa Timur.

1992
Dunia petualangan Indonesia kembali berduka karena kehilangan dua orang terbaiknya, Norman Edwin dan Didiek Syamsu, anggota Mapala UI tewas di terjang badai di Gunung Aconcagua, Argentina. Ekspedisi Pemanjat Putri Indonesia menjejakkan kakinya di Puncak Tebing Cima Ovest, Tre Cime, Italia.
Ekspedisi Putri Khatulistiwa Tim Panjat Tebing Yogyakarta memanjat dinding utara Bukit Kelam, Sintang, Kalimantan Barat.

1996
Clara Sumarwati membuat kontroversi dalam pendakiannya di Everest, puncak tertinggi di Pegunungan Himalaya pada tanggal 26 September 1996. Banyak pihak di Indonesia yang meragukan bahwa kedua kakinya telah menjejak puncak tertinggi di dunia itu. Tetapi berdasarkan data dari Adventure Stats.com pada bulan Januari 2002 nama Clara Sumarwati telah tercatat sebagai pendaki Everest ke 836.

1997
Pratu Asmujiono menyusul Clara menjejakkan kakinya di Puncak Everest pada tanggal 26 April. Menurut catatan Adventure Stats.com, ia merupakan orang yang ke 851. Asmujiono berangkat bersama tim Ekpedisi Everest Indonesia yang merupakan gabungan anggota Kopassus dan pendaki sipil lainnya.(GS,Bahan: katalog LPDN, berbagai sumber).

PENGENALAN UMUM ROCK CLIMBING

A. Macam – Macam Batuan

Beberapa batuan yang sering dijumpai yang terutama lokasi dimana sering dijadikan ajang pemanjatan di Indonesia.
1. Batuan Beku- Andersit, berwarna hitam keabu-abuan massif dan kompak
a. Lava Andersit, seperti andersit dan biasanya dijumpai lubang-lubang kecil bekas keluarnya gas dan dijumpai dengan kesan berlapis.
b. Breksi lava, menyerupai batu breksi pada umumnya.
c. Granit, berwarna terang dengan warna dasar putih.
2. Batuan Sedimen
a. Batu Gamping, berwarna putih kekuningan,kompak,banyak dijumpai retakan atau lubang, dan biasanya berlapis.
b. Breksi Sedimen,seperti halnya breksi lava tapi batu ini biasanya berupa batu pasir.
3. Batu Metamorf
Hampir sama dengan batu gamping tapi disini sudah mengalami rekristalisasi dan warnanya sangat beragam.

B. Etika Panjat Tebing

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam etika panjat tebing adalah sebagai berikut :
1. Menghormati adat istiadat dan kebiasaan masyarakat setempat.
2. Menjaga kelestarian alam.
3. Merintis jalur baru.
4. Memanjat jalur bernama.
5. Pemberian nama jalur.
6. Memberi keamanan bagi pemanjat lain.

C. Macam – macam Pemanjatan

a. Artificial Climbing
Adalah olahraga yang dilakukan pada tebing-tebing dengan tingkat kesulitan yang tinggi dengan bermodalkan alat yang diselipkan pada celah-celah batu atau memanfaatkan pengaman alam (natural anchor). Artificial climbing ini dimana alat benar-benar digunakan sebagai penambah ketinggian disampin sebagai pengaman pemanjatan.
b. Top Roof
pemanjatan dimana tali pemanjatan sudah terpasang sebelumnya
c. Sport Climbing
Adalah pemanjatan dimana pengaman sudah terpasang tinggal kita memasang tali pengaman pada jalur yang sudah ada namanya.
d. Free Climbing
Pada prinsipnya hampir sama dengan pemanjatan artificial hanya dalam free climbing alat digunakan hanya sebagai pengaman saja sedangkan untuk menambah ketinggian menggunakan pegangan tangan dan friksi (gaya gesek) kaki sebagai pijakan.

Alat-alat yang diguanakan dalam pemanatan artificial.

1. Tali carmentel
Biasanya yang digunakan adalah tali yang memiliki tingkat kelenturan atau biasa disebut dynamic rope. Secara umun tali di bagi menjadi dua macam yaitu :
a. Static
Mempunyai daya lentur 6% – 9%, digunakan untuk tali fixed rope yang digunakan untuk ascending atau descending. Standart yang digunakan adalah 10,5 mm.
 b. Dynamic
Mempunyai daya lentur hingga 25%, digunakan sebagai tali utama yang menghubungkan pemanjat dengan pengaman pada titik tertinggi.

2. Harnest adalah alat pengikat di tubuh sebagai pengaman yang nantinya dihubungkan dengan tali.

3. Carabiner adalah cincin kait yang terbuat dari alumunium alloy sebagai pengait dan dikaitkan dengan alat lainnya.

4. Helmet adalah pelindung kepala yang melindungi kepala dari benturan dari benda-benda yang terjatuh dari atas.

5. Descender, peralatan yang digunakan untuk meniti tali ke atas dan peralatan tambahan, untuk meniti tali kebawah serta mengamankan leader disaat membuat jalur, biasanya yang sering digunakan adalah figure of eight dan auto stop.

6. Ascender, peralatan yang digunakan untuk meniti tali ke atas dan secara otomatis akan mengunci bila dibebani. Jenis yang digunakan biasanya jumar dan croll

7. Grigri, alat ini digunakan untuk membelay, alat ini mempunyai tingkat keamanan yang paling tinggi karena dapat membelay dengan sendirinya.

8. Sepatu Panjat, sebagai pelindung kaki dan mempunyai daya friksi yang tinggi sehingga dapat melekat di tebing. Jenisnya sendiri yang sering digunakan adalah soft (lentur/fleksibel) dan hard (keras).

9. Chalk bag, sebagai tempat MgCo3 (Magnesium Carbonat) yang berfungsi agar tangan tidak licin karena berkeringat sehingga akan membantu dalam pemanjatan.

10. Hammer, berfungsi untuk menanamkan pengaman dan melepaskan kembali, biasanya yang diapakai jenisnya ringan dan mempunyai kekuatan tinggi dan ujungnya berfungsi mengencangkan mur pada saat memasang hanger.

11. Webbing, peralatan panjat yang berbentuk pipih tidak terlalu kaku dan lentur.

12. Prussik, merupakan jenis tali carmentel yang berdiameter 5-6 mm, biasanya digunkan sebagai pengganti sling runner dan juga dapat digunakan untuk meniti tali keatas dengan menggunakan simpul prusik.

13. Pulley, mirip katrol, kecil dan ringan tetapi memiliki kemampuan dalam beban yang berat.

14. Handdrill, merupakan media untuk mengebor tebing secara manual, yang berfungsi untuk menempatkan pengaman berupa bolt serta ha
Artificial anchor:
a. Paku Piton
Merupakan pengaman sisipan yang berguna sebagai pasak.
b. Stopper
Digunakan untuk celah vertical yang menyempit kebawah dengan prinsip kerja menjepit celah membentuk sudut atau menyempit.
c. Sky Hook
Sebagai pengaman sementara dengan prinsip kerja menyisipkan ujung sky hook pada celah bebatuan dan harus terbebani, usahakan meminimalkan gerak.
d. Ramset dan Hanger
Satu set peralatan dalam artificial climbing yang berfungsi untuk menanamkan bolt dan kemudian digabungkan dengan hanger sehingga menjadi pengaman tetap.
e. Friend
Pengaman yang diselipkan pada celah batu dengan bermacam ukuran. Friend ada 2 macam :
- Regular Friend
Terbuat dari allumunium alloy dan mempunyai kelemahan yaitu berbentuk static/tidak mempunyai kelenturan. Alat ini bekerja dengan baik dicelah overhang.
- Fleksibel Friend
Bentuknya sama dengan regular friend hnya mempunyai kelebihan terbuat dari kawat baja yang menjadikan friend ini sangat fleksibel, dan dapat dipasang disemua celah dan segala posisi.
f. Hexa
Prinsip kerja sama dengan stopper hanya berbeda pada bentuk round (bulat) dan hexagonal (segi enam).
g. Chocker
Alat bantu yang berfungsi untuk melepaskan hexa atau stopper yang terkait di celah batu.
h. Etrier/tangga gantung &daisy chain
- Etrier: alat yang terbuat dari webbing yang menyerupai tangga untuk membantu menambah ketinggian.
- Daisy chain : terbuat dari webbing, berfungsi untuk menambah ketinggian serta menjaga apabila etrier jatuh.

D. SIMPUL

1. Simpul untuk penambat
a. Overhand Knot
Untuk mengakhiri pembuatan simpul sebelumnya. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 40%.
b. Clove hitch knot
Untuk mengikat tali pada penambat yang fungsinya sebagai pengaman utama (fixed rope) pada anchor natural dsb. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang sebesar 45%.
c. Italian hitch knot
Untuk repeling juka tidak ada figure eight atau grigri. Toleransi terhadap kekuatan tali akan berkurang 45%.
d. Butterfly knot
Untuk membuat ditengah atau diantara lintasan horizon. Bisa juga digunakan untuk menghindari tali yang sudah friksi. Toleransi terhadap kekuatan tali 50%.
e. Figure of eight knot
Untuk pengaman utama dalam penambatan dan pengaman utama yang dihubungkan dengan tubuh atau harnest. Toleransi 55% – 59%.
f. Eight on bight knot
Untuk pengaman utama dalam penambat pada dua anchor. Toleransi 68%.
g. Bowline knot
Untuk pengaman utama dalam penambatan atau pengaman utama yang dihubungkan dengan penambat atau harnest. Toleransi 52%.
h. Simpul two in one
Simpul ini biasanya digunakan sebagai penambat pada anchor natural saat cleaning, yaitu ketika pemanjat selesai dan turun dari tebing tanpa meninggalkan alat.
i. Fisherman Knot
Untuk menyambung 2 tali yang sama besarnya dan bersifat licin. Toleransi 41% – 50%

ROCK CLIMBING

I. Pendahuluan

Rock climbing merupakan salah satu bagian dari kegiatan Mountaineering yang paling penting, yang sangat memerlukan kecakapan mendaki tebing batu yang terjal, kemampuan dalam menganalisa yang tinggi, mental baja , serta ketahanan fisik yang besar.
Secara etimologis Rock Climbing terdiri dari dua kata yaitu Rock dan climbing. Rock berarti batuan dan Climbing berarti pemanjatan. Jadi Rock climbing yaitu teknik memanjat tebing batu dengan memanfaatkan cacat batuan, baik tonjolan maupun rekahan yang mempunyai kemiringan tebing lebih dari 70o.

II. Tehnik Penambatan

Suatu tehnik guna memperoleh tambatan (anchor) baik tambatan dari alam ataupun dari alat penambatan.
a. Natural anchor : Tambatan/anchor yang dibuat dengan memanfaatkan atau dibuat dari alam.
b. Artificial anchor : Tambatan (anchor) yang sengaja dibuat dengan menggunakan alat penambatan. Sepenuhnya bergantung pada alat penambatan.

III. Jenis-jenis Pemanjatan

A. Panjat tebing menurut system

1. Himalayan system
Pemanjatan system Himalayan ini adalah pemanjatan yang dilakukan dengan cara terhubungnya antara titik start (ground) dengan pitch / terminal terakhir pemanjatan, hubungan antara titik start dengan pitch adalah menggunakan tali transport, dimana tali tersebut adalah berfungsi supaya hubungan antara team pemanjat dengan team yang dibawah dapat terus berlangsung tali transport ini berfungsi juga sebagai lintasan pergantian team pemanjat juga sebagai jlur suplai peralatan ataupun yang lainnya

2. Alpen system

Lain halnya dengan system diatas, jadi antara titik start dengan pitch terakhir sama sekali tidak terhubung dengan tali transpot, sehingga jalur pemanjatan adalah sebagai jalur perjalanan yang tidak akan dilewati kembali oleh team yang dibawah. Maka pemanjatan dengan system ini benar-benar harus matang perencanaanya karena semua kebutuhan yang mendukung dalam pemanjatan tersubut harus dibawa pada saat itu juga.

B. Panjat tebing menurut penggunaan pengaman

1. Free Climbing: suatau pemanjatan yang memanfaatkan peralatan hanya sebagai pengaman dan ranner.
2. Free soloing : suatu pemanjatan yang dalam pergerakannya tidak memerlukan peralatan pengaman.
3. Artificial climbing : suatu pemanjatan yang dalam usahanya untuk menambah ketinggian menggunakan bantuan peralatan.

IV. Teknik Pemanjatan

1. Free Climbing

Merupakan teknik pemanjatan tebing dengan menggunakan alat-alat bantu yang digunakan untuk menambah dalam ketinggian, dan tidak langsung mempengaruhi gerak memanjat itu sendiri. Unsur pertama dalam pemanjatan ini adalah pegangan dan pijakan yang diperoleh dari cacat batuan dan rekahan/ celah. Teknik memanjat yang khusus merupakan koordinasi yang serasi antar memegang, menekan, menggenggam, atau menjepit, menginjak, dan gerak tubuh, yaitu antara lain :
a. Layback yaitu digunakan pada celah vertikal yang memanfaatkan tekanan antar tubuh.
b. Cheval yaitu dilakukan pada batu bagian punggung tebing batu dengan bidang yang sangat kecil dan tipis.
c. Mantelshelf yaitu digunakan bila menghadapi suatu tonjolan datar atau flat yang luas sehingga dapat menjadi tempat untuk berdiri.
d. Slab/Friction Climbing yaitu teknik yang dilakukan pada tebing yang licin dan tanpa celah atau rekahan serta kondisi tidak terlalu curam.
e. Wriggling yaitu teknik yang dilakukan pada celah celah antara dua tebing.
f. Backing up yaitu teknik yang dilakukan pada suatu celah dengan lebar yang cukup.
g. Bridging yaitu teknik yang dilakukan pada lubangtebing yang besar.
h. Traversing yaitu gerakan menyamping atau horisontal dari suatu tempat ketempat yang lain.

Adapun contoh dari cacat batuan :
a. Rack : terjadi pada permukaan tebing karena proses alami. Dalam pendakian dikenal adanya tiga creck yaitu slant, horisontal dan vertikal.
b. Hold : tidak jauh berbeda dengan creck, karena bentuknya berbeda-beda, maka untuk melakukan pemanjata yang baik dibutuhkan tehnik yang berbeda pula.
2. Artificial Climbing (Aid Climbing)
Pemanjatan Artificial adalah suatu cara untuk menambah ketinggian dengan bertumpu pada alat sepenuhnya, dan biasanya dilakukan dalam pemanjatan Big wall.
Dalam teknik pemanjatan ini banyak menggunakan peralatan atau alat bantu dalam menambah ketinggian dalam pemanjatan, dan harus bisa memanajemen semua jenis peralatan. Karena itu kelancaran dalam seni memakai alat sangat fital untuk bergerak dengan aman dan efisien.

V. Klasifikasi Panjat Tebing

A. Menurut Lama Pemanjatan Dan Ketinggian

a. Bouldering
dianggap sebagai bentuk murni dari olah raga panjat tebing yaitu memanjat problem/ rute pendek yang kebanyakan enggak terlalu tinggi (sekitar 3m) tanpa tali pengaman. Biasanya rutenya horisontal/ menyamping. Pengaman yang digunakan biasanya crash pad atau matras empuk supaya pada saat jatuh atau kaki medarat tidak sakit/ terluka. Dalam bouldering ini gerakan dilakukan berulang-ulang dan hanya memerlukan peralatan yang berupa pakaian, sepatu, dan chalk bag.
Adapun tujuan bouldering adalah :
- Sebagai pemanasan bagi pemanjat.
- Sangat bagus untuk melatih gerakan yang sulit.
- Bouldering juga digunakan untuk melatih endurance.

b. Crag climbing
Merupakan panjat bebas, dan dalam pelaksanaanya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
- Single pitch Climbing

Dalam pemanjatan ini tidak diperlukan dengan berhenti ditengah untuk mengamankan orang kedua.
- Multi pitch climbing
Pemanjatan ini dilakukan pada tebing yang lebih tinggi dan dperlukan pergantian leader. Tiap pemanjat memulai dan mengakiri pada teras memadai untuk mengamankan diri dan untuk mengamankan orang kedua (second man).

c. Big wall climbing
Jenis pemanjatan ditempat yang lebih tinggi dari crag climbing dan membutuhkan waktu berhari-hari, peralatan yang cukup dan juga memerlukan pengaturan tentang jadwal pengaturan.
Ada dua sistem dalam pemanjatan bigwall yaitu:
- Alpine push atau siege taktik
Dalam artian yaitu pemanjat selalu ditebing dan tidur ditebing. Jadi segala peralatan dan perlengkaan serta kebutuhan untuk pemanjatan dibawa keatas. Pemanjatan tidak perlu turun sebelum pemanjatan sampai titik terakir.
- Himalaya taktik
Pemanjatan big wall yang dilakukan pada sore hari. Setelah itu pemanjat boleh turun base camp untuk istirahat dan pemanjatan dilakukan keesokan harinya. Sebagian alat masih menempel ditebing untuk memudahkan pemanjatan selanjutnya. Ini dilakukan sampai puncak.
Perbedaan antara keduanya adalah :

- Alpine push
a. Waktu pemanjatan lebih singkat.
b. Alat yang digunakan lebih sedikit.
c. Perlu load carry.

- Himalayan taktik
a. Waktu pemanjatan lebih lama.
b. Alat yang dibutuhkan lebih banyak.
c. Tidak memerlukan load carry

C. Menurut kondisi medan

a. Klas I : Berjalan tegak tanpa peralatan.
b. Klas II : Medan agak sulit perlu bantuan kaki dan tangan.
c. Klas III : Medan agak curam perlu teknik tertentu.
d. Klas IV : Kesulitan bertambah, tali dan pengaman sudah digunakan.
e. Klas V : Rute semakin sulit perlu banyak pengaman.
f. Klas VI : Pemanjatan sudah sepenuhnya bergantung pada pengaman karena celah maupun pegangan tidak ada.

D. Menurut Tingkat Kesulitan

Klasifikasi pemanjatan menurut Yosemite Descimal Sistem.
a. 5.0 s/d 5.4 : Terdapat tumpuan dua tangan dan dua kaki.
b. Pemula 5.5 s/d5.6 : Terdapat tumpuan dua tangan bagi yang berpengalaman, untuk sulit menemukan tumpuan dua tangan.
c. 5.7 : Gerakan kehilangan satu pegangan/tumpuan/pijakan kaki.
d. 5.8 : Kehilangan dua tumpuan dari keempat tumpuan atau kehilanan satu tumpuan tapi cukup berat.
e. 5.9 : Hanya ada satu tumpuan yang pasti untuk kaki dan tangan.
f. 5.10 : Tak ada tumpuan tangan atau kaki, pilihanya adalah anda pura pura ada pegangan, berdoa atau pulang kerumah.
g. 5.11 : Setelah diperiksa, disimpulkan, gerakan ini tidak memungkinkan mesti ada beberapa orang yang biasa.
h. 5.12 : Permukaan vertikal dan licin seperti gelas, belum ada orang yang pernah naik meski ada yang mengaku ngaku.
i. 5.13 : Sama seperti 5.12, Cuma terletak dibawah overhang.
Di Inggris, penggolongan tingkat kesulitan dinyatakan dengan hurup, yaitu :
a. E (easy = mudah)
b. M (moderate = sedang)
c. D (difficult = sulit)
d. VD (very difficult = dangat sulit
e. S (severe = berat)
f. VS (very severe = sangat beraat)
g. HVS (hard very severe = sangat berat sekali)
h. EXS (exstreme severe = paling berat)

Di pegunungan Alpin di Eropa, penggolongan itu dinyatakan dengan angka romawi I sampai IV. Dibandingkan dengan standar Inggris, penggolongan tingkat kesulitan di Eropa daratan itu adalah sebagai berikut :

EROPA INGGRIS
I E
II M
III D
IV VD/S
V S/VS
VI VS ke atas

Untuk tingkat kesulitan dalam teknik pemanjatan ini tidaklah mutlak, standar ini masih bergantung oleh beberapa hal.

Grade Panjat Tebing

Ada beberapa macam sistem yang digunakan di dunia dalam menentukan tingkat kesulitan panjat tebing. Beberapa yang populer adalah sebagai berikut: Sistem UK Sistem ini menggunakan 2 sub grade, adjectice grade (sifat) dan technical grade (teknis). Adjective grade menggambarkan kesulitan secara menyeluruh dari perkiraan seberapa susah jalur pemanjatan, jumlah kesulitan yang dialami dan ketersediaan pengaman. Adjective grade terdiri dari: Moderate (M), Very Difficult (VD), Hard Very Difficult, Mild Severe,Severe (S),Hard Severe (HS), Mild Very Severe (MVS), Very Severe (VS), Hard Very Severe (HVS) dan Extremely Severe.
Extremely Severe dibagi lagi menjadi 10 sub grade yaitu dari E1 sampai E10. Sedangkan sistem numerik pada technical grade menggambarkan tingkat kesulitan tersulit (crux) selama dalam pemenjatan. Jika pemanjatan dilakukan multi pitch maka masing-masing pitch akan mendapatkan technical grade untuk masing-masing pitch. Tecnical grade terdiri dari: 4a, 4b, 4c, 5a, 5b, 5c, 6a, 6b, 6c, 7a, 7b, 7c.

A. Sistem Perancis
ini dikenal sebagai sistem untuk tingkat kesulitan dalam sport climbing makanya banyak digunakan di jalur papan panjat. Tidak seperti sistem UK, sistem ini menggunakan penomeran tunggal untuk menggambarkan seberapa sulit suatu jalur secara menyeluruh. Hal ini bisa menyebabkan masalah, misalkan suatu jalur mudah dilewati oleh pemanjat pemula, maka bisa menjadi jalur yang sulit pada pengkategoriannya.

B. Sistem UIAA
Sistem Union Internationale des Associations d’Alpinisme (UIAA) ini banyak digunakan di Jerman dan Austria. Sama seperti sistem Perancis,menggunakan penomeran tunggal untuk menggambarkan seberapa sulit suatu jalur secara menyeluruh, sistem ini diawali dari 1 (mudah) sampai 10 (sulit).Karena tingkat kesulitan bertambah, maka dilakukan penambahan + atau – biasa dilakukan untuk membedakan antar grade pemanjatan. jalur 11+ dan 12- sekarang banyak dipanjat oleh para pemanjat.

C. Sistem Australia
Sistem ini digunakan di Australia dan New Zealand dengan menggunakan sistem logika. Sistem ini menggunakan sistem penomeran tunggal, semakin sulit suatu jalur maka angka akan semakin tinggi. Tidak seperti Sistem Perancis dan Sistem Amerika yang tidak mempertimbangkan ketersediaan pengaman, Sistem Australia akan meningkat tingkat kesulitannya jika jumlah pengaman sedikit.

D. Sistem Amerika
Sistem ini berawal dari 1 sampai 5, tapi hanya grade 5 yang digunakan untuk panjat tebing. Grade 1 sampai 4 digunakan untuk menggambarkan berjalan dengan sedikit kesulitan, dan grade 5.0 berjalan dengan scramble yang sulit. Sistem ini disebut juga dengan Yossemite Decimal System (YDS). Pengkatagorian berasal dari USA dan saat ini banyak di gunakan untuk menentukan grade kesulitan panjat tebing. Pengkatagorian demikian biasanya digunakan untuk jenis pendakian free-climbing atau free-soloing [Memanjat sendiri tanpa alat bantu dan pengaman apapun, biasanya pada jalur pendek]. Anehnya YDS sendiri menyalahi kaidah matematis penghitungan decimal, dimana misalnya suatu jalur mempunyai ketinggian 5,9 [lima point sembilan] lalu grade selanjutnya menjadi 5.10 [lima point sepuluh]. Peng-angka-an ini menjadi aneh akibat grade 5.9 lebih rendah dibanding dengan 5.10, padahal dalam matematika sebaliknya. YDS sendiri diawali dengan grade 5.8 atau 5.9, selanjutnya 5.10, 5.11, 5.12, 5.13 dan 5.14. Sampai saat ini tidak ada grade melebihi 5.14. Perkembangan keanehan peng-angka-an decimal ini menurut beberapa diskusi pegiatan pendakian dan panjat tebing akibat keselahan memprediksikan kemampuan pendakian pada saat system YDS dipublikasikan. Dimana pada saat itu diperkirakan kemampuan pendakian / panjat hanya sampai grade 5.9. Padahal dalam kemudian berkembangan kemampuan pendakian / pemanjatan yang lebih mutakhir dan luar bisa. Bahkan saking sulitnya menentukan dengan hanya angka-angka decimal yang terbatas, seiring dengan banyaknya jalur pendakian/pemanjatan yang dibuat oleh kalangan pemanjat, maka grade decimalpun ditambahkan dibelangkannya dengan alfhabet. Contoh; 5.12a, 5.13 d atau 5.14 c Memang sampai saat sekarang barangkali hanya ada beberapa jalur yang dibuat manusia dengan grade 5.14, itupun terbatas pada jalur-jalur pendek. Secara umum grading dengan YDS dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. 5.8 ; jalur yang ditempuh mudah, grip [pegangan] sangat bisa digunakan oleh bagian tubuh yang ada untuk menambah ketinggian
b. 5.9 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari
c. 5.10 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1 mencari, hanya saja perlu keseimbangan [balance] yang baik 5.11 ; dapat bertahan pada 2 atau 3 grip dengan satu diantaranya sangat minim dan perlu keseimbangan. Jalur hang hampir bisa dipastikan memiliki grade demikian.
d. 5.12 ; terdapat 2 dari 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian. Dengan kondisi grip yang kecil di satu bagiannya atau paling tidak sama
e. 5.13 ; hanya 1 dari diantara 2 kaki dan 2 tangan yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian, itupun dengan grip yang sangat minim.
f. 5.14 ; mulus seperti kaca, tidak mungkin terpikirkan untuk dapat dibuat jalur pendakian/pemanjatan tanpa bantuan alat (artificial climbing)

VI. Langkah-langkah Pemanjatan

A. Penentuan jalur.
Dalam pemilihan jalur harus berdasar pada data yang telah ada, baik melalui literatur, imformasi, serta pengamatan langsung atau orientasi jalur. Dimana hal-hal dalam orientasi jaluryang berguna dalam pemanjatan antara lain:
a. Mengetahui tinggi medan,jenis batuan, macam pitch yang akan dipanjat.
b. Menentukan posisi awal pemanjatan.
c. Menentukan jenis alat pengaman yang akan digunakan.
d. Mengatur penempatan ancor, pergantian leader untuk hanging belay dan hanging bivaak.
B. Pembagian personel.
Pembagian personel harus berdasarkan pada :
a. Jumlah personelnya
b. Kemampuan personel
c. Jalur yang ditentukan
d. Sistem pemanjatan
e. Ketersediaan peralatan

C. Persiapan peralatan

Macam-macam peralatan yang digunakan harus disesuaikan dengan jalur yang dipilih, dan disusun rapi dan sistematis.
Faktor yang mempengaruhi pemakaian alat:
a. Kemampuan batuan
b. Cacat batuan
c. Jenis batuan
d. Pengaman yang tersedia
Adapun peralatan yang sering dipakai setiap pemanjat meliputi :
a. Tali karmantle
b. Harnes atau tali tubuh
c. Sling
d. Webing
e. Piton
f. Carabiner, menurut bentuknya terdiri dari Oval dan Delta dan D
g. Pengaman sisip/choke stone
h. Hammer
i. Handrill
j. Chalk bag dan magnesium
k. Sepatu
l. Helm
m. Etrier/stirup
n. Pulley
o. Ascender
p. Descender
q. Sticht plate
r. Driver

D. Persiapan pemanjatan

Setelah semua siap, baik peralatan, leder, belayer maka pemanjatan dapat dimulai. Hal yang penting dalam pemanjatan beregu yaitu komunikasi antar pemanjat baik leader maupun belayer yang menggunakan bentuk komunikasi. Ada dua bentuk yaitu melalui bahasa dan isyarat. Komunikasi bahasa digunakana apabila antara leader dan belayer masih dalam jangkauan teriakan. Komunikasi isyarat banyak digunakan bila antara leader dan bilayer sudah tidak dalam jangkauan teriakan. Dalam kenyataanya dilapangan komunikasi isyarat lebih menguntungkan sebab irit energi dan mudah pemakaiannya.

1. Pemanjatan
Dalam pemanjatan ini, leader melakukan pitch 1 dengan membawa dua rol tali sekaligus. Satu sebagai tali utama (yang akan diikatkan pada raner) dan tali tambat (fixet rope). Dalam fixet rope inidapat juga sebagai transport antara leader dan personil yang ada dibawahnya.

2. Cleaning
Setelah leader menyelesaikan pitch 1 dan memberitahu bahwa pemanjat kedua siap dan boleh naik. Personel kedua melakukan jumaring dan sekaligus menyapu runner yang telah dipasang leader.
Keuntungan jumaring pada fixed rope yaitu:
a. Tali dalam keadaan lurus vertikal sehingga tidak terjadi pendulum
b. Tali tidak tertambat pada runner yang akan diambil sehingga memudahkan pengambilan
c. Gerakan lebih bebas
Agar cleaner tidak terlalu jauh dengan runner yang akan dilepas, maka antara tali utama dengan fixet rope harus dihubungkan.
Macam tugas cleaner:
b. Membersihkan jalur dan menyapu runner
c. Mencatat pengaman yang digunakan berikutnya
d. Sebagai leader untuk pitc berikutnya
e. Membawa tali untuk pemanjatan

3. Pemanjatan untuk pitch 2 dan selanjutnya
Pemanjatan berikutnya dilakukan apabila setelah cleaner sampai di pitch 1. Pada pitch 2 ini cleaner menjadi leader dan yang tadi sebagai leader berganti sebagai belayer. Sementara itu personel yang ada dibawah naik dengan jummaring, bila kondisi memungkinkan gerakan personil dibawah dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan leader pada pitch 2, yang hanya perlu diwaspadai adanya runtuhan batuan, terutama pada gerakan leader. Untuk pemanjatan selanjutya pada pitch selanjutnya prosedurnya sama seperti diatas.

4. Turun tebing
Turun tebing dilakukan apabila pemanjat sudah sampai puncak dan menyelesaikan target yang telah ditentukan. Cara yang digunakan yaitu dengan reppeling. Untuk reppling perlu dibuat ancor sebagai penambat tali. Setelah tali terpasang maka reppling siap dilakukan. Reppling dapat dilakukan dengan tali tunggal atau ganda (doubel). Biasanya personel yang paling akhir menggunakan doubel rope dan tali hanya dikalungkan pada anchor, agar tali tersebut dapat ditarik ke bawah, begitu seterusnya untuk setiap pitch.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam reppling :
a. Ujung bawah tali harus disimpul
b. Tali antar pitc harus selalu dihubungkan
c. Waspada terhadap runtuhan batuan

5. Dasar tebing
Setelah semuanya pemanjat turun, maka yang harus dilakukan adalah pendataan dan pengecekan semua peralatan yang dipakai.

6. Pembuatan topo atau data
Topo adalah merupakan gambar atau sket jalur yang berhasil dipanjat. Dalam pembuatan sket ini dilengkapi dengan data sebagai berikut :
a. Nama jalur yang dipanjat
b. Lokasi tebing
c. Jenis batuan
d. Tinggi tebing
e. Sistem pemanjatan
f. Teknik pemanjatan yang diterapkan
g. Waktu pemanjatan
h. Tingkat kesulitan ( grade )
i. Data peralatan yang digunakan
j. Sketsa jalur pada tebing
k. Operasional dan kondisis cuaca

l. Daftar pemanjat

VII. Belaying
Dalam pemanjatan tebing, orang yang pertama kali manjat disebut “leader”, sedangkan orang kedua yang melakukan pengamanan terhadap pemanjatan pertama disebut “Belayer”. Leader pemanjat pertama ini, memajat dengan pengamanan dari orang kedua (belayer) dengan system belaying yang terdiri dari tali dan ranner(raning bilay). Runner atau ranning belay adalah pengaman untuk mengurangi bahaya jatuh. Sedangkan untuk Belaying adalah suatu cara pengamanan untuk mengurangi bahaya jatuh pada waktu melakukan pemanjatan.
Yang harus diperhatikan dalam melakukan belay atau pengamanan :

a. Belayer harus melihat gerakan leader sedapat mungkin. Hal ini dilakukan untuk memperlancar gerakan leader dalam menambah ketinggian dan dapat secepat mungkin mengantisipasi keadaan apabila leader terjatuh pada pemanjatan.

b. Belayer harus memasang pengaman untuk dirinya dirinya sendiri sebelum melakukan belaying. Hal ini sangat penting apabila belayer mengantisipasi jatuhnya leader, dimana ia mendapat beban tambahan dan sentakan darin leader yang terjatuh. Sedangkan pengaman untuk belayer sendiri minimal dua buah.

c. Sebagai penutup dari uraian singkat mengenai systim belaying ini, maka perlu dijelaskan secara internasional yang memakai istilah bahasa inggris untuk menghindari kemungkinan salah paham antara belayer dengan pemanjat atau leadernya, yaitu :
Pemanjat : “On belay” (Saya akan memanjat, Apakah belaying sudah siap.
Belayer : “Belay on” (Saya sudah siap)
Pemanjat : “Climbing” ( Saya mulai memanjat )
Belayer : “Climb” (Silahkan memanjat)
Pemanjat : “Slack” (Kendorkan talinya. Saya tidak bias bergerak tali terlalu kencang)
Pemanjat : “Up rope” (tali terlalu kendur. Mohon tali dikencangkan sedikit), belayer mengencangkan tali tanpa menyahut.
Pemanjat : “Off belay” ( saya dalam posisi yang baik, tidak perlu belaying)
Belayer : “Belay off” (belayer coba menyakinkan bahwa pemanjat betul-betul tidak tidak membutuhkan belaying lagi)
Pemanjat : “Tension” (tahan tali dengan erat) belayer menahan dengan mengunci tali belaying.
Pemanjat : “Falling” (saya jatuh, tali mohon dikunci)
Pemanjat : “Rock” (ada benda keras yang jatuh, hati-hati)
Belayer : “Rock” (belayer meneriakkan kembali kata-kata pemanjat sebagai tanda bahwa dia sudah mengetahui).

VIII. Ascending

Suatu tehnik yang memanfaatkan tali dan atau ascendeur fungsinya untuk memudahkan kita dalam menambah ketinggian dimana faktor keamanan lebih terjamin.
Jenis-jenisnya :
a. Prusiking : suatu tehnik naik dengan menggunakan tali prusik.
b. Jummaring : suatu tehnik naik dengan menggunakan jumar.
c. SRT( Singgle Rope Tehnic) : Suatu tehnik dimana kita bisa naik dan turun dengan menggunakan SRT set.

IX. Descending

Suatu tehnik turun yang memanfaatkan tali dan gesekan tali itu sendiri fungsinya untuk memudahkan kita dalam turun/menuruni tebing dimana faktor keamanan lebih terjamin.
Jenis-jenisnya :
a. Body Rappel
b. Tehnik Dufler : Tehnik ini merupakan cara paling lama (klasik), caranya sangat mudah, geserannya cukup baik, dan tidak membutuhkan alat apa-apa kecuali tali luncur. Tali luncur diselipkan diantara dua kaki, melingkarari pinggang kiri, menyilangi dada melalui bahu kanan dan ditahan tangan kiri yang fungsinya sebagai pengontrol. Tehnik ini seringkali berguna pada saat-saat darurat, misalnya pada saat karabiner atau descendeur mendadak macet.
c. Hasty : Hasty hanya berguna untuk tebing yang pendek dan tidak terlampau curam. Geseran pada tehnik ini dibentuk melalui tali yang melingkari tangan dan bahu, kontrol gerakan pada genggaman tangan, keseimbangan diperoleh dari posisi badan yang mirimg kearah bawah dengan kedua kaki mengkangkang secukupnya. Tapi segi keamanan kurang pada tehnik ini.
d. Komando : Di sebut tehnik komando karena sering dipakai oleh Para Komando dan di Indonesia tehnik ini paling banyak digunakan. Caranya yaitu melilitkan tali pada karabiner sebanyak duakali lalu melewati selangkangan atau samping paha dan digenggam tangan sebagai penahan dari belakang. Tehnik ini banyak mempunyai kelemahan sehingga tidak terlalu disukai oleh kebanyakan pemanjat.
e. Brake Bar Rappel : Dua karabiner, dengan kunci terletak berlawanan, dikaitkan pada harness atau seat harness atau sling. Pada dua karabiner ini dipalangkan dua karabiner lagi dengan kunci menghadap ke bawah. Tali yang menjulur ke bawah ditahan oleh salah satu tangan, dapat juga dibuat variasi dengan menggandakan sistem geserannya. Sistem geseran ini kemudian dikembangkan dengan pembuatan descendeur khusus.

X. GAYA PEMANJATAN

Pengertian gaya didalam panjat tebing menyangkut metode dan peralatan serta derajat petualangan dalam suatu pendakian. Petualangan berarti tingkat ketidakpastian hasil yang akan dicapai. Gaya harus sesuai dengan pendakian. Gaya yang berlebihan untuk tebing yang kecil, sebaik apapun gaya tersebut akhirnya menjadi gaya yang buruk. Mendaki secara alamiah dengan bantuan teknis terbatas adalah gaya yang baik. Kita harus bekerja sama denga tebing, jangan memaksanya. Kita dapat menggunakan point-point alamiah seperti batu, tanduk (horn), pohon, atau pada batu yang terjepit didalam celah (Chockstone). Akhirnya kita sampai pada pendakian sendiri, tanpa menggunakan tali, Maksudnya adalah menyesuaikan gaya dengan pendakian dan kemampuan diri. Gaya yang baik adalah persesuaian yang sempurna penapakan dari dua sisi yang baik antara ambisi dan kemampuan.
Tidak ada pendakian yang sama. Standar yang baik selalu dapat diterapkan dan juga memungkinkan penyelesaian menjadi kepribadian masing-masing rute. Itulah prinsippendakian pertama kita tadi. Prinsip tersebut dapatmembimbing kita dalam masalah gaya dan etika. Kita telah memiliki standarminimum yang telah siap dan tersedia untuk dijadikan sasaran. Penerimaan terhadap prinsip ini memungkinkan kita untuk meniadakan pertentangan pendapat tentang gaya umum. Keuntungan lain adalah gaya dari pendakian pertama adalah gaya yang layak, dan memberikan keuntungan psikologis kepada pendaki-pendaki berikutnya bahwa rute tersebut, paling tidak, pernah dicoba. Dengan menghargai orang-orang yang menyelesaikannya, dan memperlihatkan bahwa kita paham akan nilainya, serta menganggap pendakian mereka sebagai suatu hasil karya, maka pendakian meraka bukanlah sesuatu yang harus dikalahkan. Dalam bukunya How to Rock Climb: Face Climbing, John Long menguraikan dan membuat klasifikasi yang lebih sempit mengenai beberapa gaya yang ada, di antaranya adalah :

A. Onsight Free Solo
Istilah onsight berarti memanjat suatu jalur tanpa pernah mencoba dan juga belum pernah melihat orang lain memanjat dijalur tersebut. Jadi jalur tersebut dipanjat tanpa informasi apa-apa. Sedangkan solo berarti tanpa tali. Jadi onsight free solo berarti pemanjatan tali untuk pertama kali bagi seorang pemanjat tanpa informasi apa-apa.

B. Free Solo
Pemanjatan suatu jalur tanpa menggunakan tali, tapi pernah mencoba walaupun belum hapal benar jalur tersebut.

C. Worked Solo
Pemanjatan tanpa tali dengan sebelumnya pernah mencoba berkali-kali sampai benar-benar hapal mati seluruh bentuk permukaan tebing.

D. Onsight Flash / Vue
Memanjat suatu jalur tanpa pernah mencobanya, melihat pemanjat lain dijalur yang sama, juga tak pernah mendapat informasi apa-apa. Memanjat dengan menggunakan tali sebagai perintis jalur (leader) dan memasangpengaman (running belay). Pemanjat juga tidak sekalipun jatuh dan tidak mengambil nafas/istirahat disepanjang jalur.

E. Beta Flash
Pemanjatan tanpa mencoba dan melihat orang lain memanjat dijalur tersebut, namun telah mendapat informasi tentang jalur dan bagian-bagian
sulitnya (crux). Pemanjat kemudian memanjatnya tanpa jatuh dan tanpa istirahat sepanjang jalur.

F. Déjà vu
Seorang pemanjat sudah pernah memanjat suatu jalur sekian tahun sebelumnya dan gagal menuntaskannya. Setelah sekian tahun itu, dengan kemampuan memanjat yang lebih baik , ia kembali dengan hanya sedikit ingatan tentang jalur tersebut dan berhasil menuntaskan jalur pada percobaan pertama.

G. Red Point
Memanjat suatu jalur yang telah dipelajari dengan sangat baik, tanpa jatuh dan memanjat sambil memasang pengaman sebagai perintis jalur.

H. Pink Point
Sama dengan red point hanya semua pengaman telah dipasang pada tempatnya.

I. Brown Point
Ada beberapa macam untuk kategori ini, misalnya seorang pemanjat merintis suatu jalur, lalu jatuh dan menarik tali, kemudian meneruskan pemanjatan dari titik pengaman terakhir ia jatuh (hangdogging). Pemanjatan dengan top rope juga termasuk dalam kategori ini. Lalu ada lagi pemanjatan dengan bor pertama dipasang terlebih dahulu. Sebenarnya masih banyak lagi yang masuk dalam kategori ini. Seluruh kategori ini menceritakan berbagai taktik,
strategi, atau trik untuk mempelajari sekaligus mencoba menuntaskan suatu jalur.
Setelah begitu banyak melihat gaya pemanjat dalam menuntaskan jalur,kita dapat dapat membandingkan mana yang lebih sulit. Dengan begitu dapat pula dibandingkan perbedaan kemampuan seorang pemanjat.

XI. Climbing Teknik – Sistem Single Rope, Double, Dan Twin
Teknik Panjat mencakup pengetahuan dalam Sistem Rope utama yang biasa digunakan di Ice. Bagian ini ditulis untuk siapa saja yang ingin tahu lebih banyak tentang Sistem Rock Climbing,Mountaineering , Climbing dan Single Rope, Double, dan Twin. Informasi yang disediakan di sini juga diperlukan bagi siapa pun yang ingin membeli hak Rope Climbing .
Ada tiga Rope Sistem utama yang akan diuraikan di bawah ini.

Tunggal Rope Sistem
Seseorang percaya bahwa Sistem Single Rope adalah sistem tali yang paling umum digunakan di dunia, bukan karena ini adalah sistem terbaik, tapi karena cocok untuk jalur pemanjatan lurus.
Sistem Single Rope adalah cukup pada rute tunggal dan multipitch dimana perlindungan berada dalam satu garis lurus. Oleh karena itu, sistem tali sangat sering digunakan pada rute olahraga, di mana baut ditempatkan dalam garis lurus atau rute lainnya dimana perlindungan dapat ditempatkan dalam garis lurus.

Jika perlindungan itu tidak dalam garis lurus, tapi misalnya memiliki lebih dari pola zigzag, maka akan lebih “tali tarik”. Tarik tali adalah jumlah gesekan tali menyebabkan ketika menjalankan melalui quickdraws / pelari / extender.Gesekan ini bisa begitu besar, misalnya dalam jatuh, bahwa perlindungan yang ditarik keluar, menyebabkan sistem tidak aman lagi!
Tarik tali pada Sistem Single Rope dapat diminimalkan dengan menggunakan extender lagi karena ini akan membuat garis “lurus”. Namun, jika Anda mendaki rute yang tidak langsung seperti pada rute pendakian tradisional di mana kita harus menempatkan perlindungan di mana itu terjadi, Sistem Rope ganda bisa lebih praktis.

Bila menggunakan Sistem Single Rope, perhatikan bahwa seseorang hanya bisa mencapai meluncur maksimum setengah panjang tali. Jadi jika Anda menggunakan tali 60 meter dengan sistem tali tunggal, maka Anda hanya bisa meluncur 30 meter.
Semua produsen tali diwajibkan oleh UIAA
(Union Internationale des Associations d’Alpinisme) untuk menunjukkan jika tali cocok untuk Sistem Single Rope, Tali Sistem Double, atau Sistem Rope Kembar. Sebagai aturan praktis, Tali paling dengan ketebalan 10-11 mm adalah Tali Tunggal.
Menggunakan Sistem Single Rope lebih murah dari Sistem Rope Double, tetapi kurang tahan lama sebagai hambatan tali cukup besar.

Ganda Rope Sistem
Sistem Rope ganda juga sering digunakan, mungkin karena merupakan sistem yang lebih fleksibel dibandingkan dengan Sistem Single Rope.
Dengan Sistem Rope Double, seseorang dapat mengurangi atau seluruhnya memotong setiap tarik tali. Ini adalah keuntungan besar karena memberi kontribusi untuk keamanan sistem.
Sistem Rope ganda sering digunakan dalam Rock Climbing Tradisional , Mountaineering, Climbing dan Ice.
Dua Tali ganda lebih praktis untuk dibawa. Beban dari dua tali dapat dibagi sama antara dua orang.
Ketika dua tali ganda diikat bersama-sama, maka salah satu dapat meluncur panjang tali penuh sebagai lawan dari panjang tali setengah dalam Sistem Single Rope.
Dibandingkan dengan Sistem Single Rope, Sistem Rope Double adalah lebih aman dan lebih awet.
Tali ganda biasanya antara 8-9 mm.
Sistem Rope dua kali lebih mahal dari Sistem Single Rope.

Twin Rope Sistem
Sistem ini tidak digunakan terlalu sering, tapi lebih lama multi-lapangan rute, bisa berguna.
Dengan Sistem Rope Twin, satu menggunakan dua Tali Kembar di Sistem Single Rope. Ini berarti bahwa kedua tali kembar akan sama-sama pergi melalui setiap titik perlindungan.
Dengan Sistem Rope Twin, seseorang mungkin harus tarik tali seperti pada Sistem Single Rope.
Seperti dalam Sistem Rope Double, sebuah meluncur tali panjang penuh dapat dimungkinkan dengan mengikat dua tali kembar bersama-sama.
Tali kembar biasanya antara 7-8 mm.
Dibandingkan dengan Sistem Single Rope, Sistem Rope Double adalah lebih aman dan lebih awet.
Sistem Rope kembar lebih mahal dari Sistem Single Rope.
Karena semua tali dirancang dan diproduksi untuk Sistem Rope berbeda, itu adalah sangat penting bahwa Tali Pendakian hanya digunakan untuk tujuan mereka dirancang untuk. Jadi misalnya, tidak pernah menggunakan tali kembar di Sistem Single Rope.
Ini adalah Sistem Rope utama yang digunakan dalam Rock Climbing. Untuk mengetahui Sistem Rope sesuai dengan kebutuhan Anda, pergi ke pusat kebugaran dalam ruangan dan mencoba sistem tali yang berbeda.Nasihat dari pemanjat berpengalaman sangat berguna juga.
Rock climbing merupakan kegiatan yang memerlukan kekuatan, pikiran, skil dan keberuntungan, sehingga dibutuhkan latihan yang harus mencukupi sebelum melakukan pemanjatan yang sebenarnya. Bagi pecandu High Risk Sport, Rock climbing merupakan kegiatan di alam bebas yang sangat mengasyikkan.

KNOT BERDASARKAN NAMA
KNOT DENGAN PENGGUNAAN
Backup Knot
Menambahkan keamanan ke simpul primer.

Lebih baik Bow Knot
Sebuah simpul tali sepatu lebih aman.

Blake Hitch
Arborist naik / turun simpul.

Bowline
Membentuk sebuah loop aman.

Bowline Pada Bight A
Membentuk lingkaran di tengah baris.

Buntline Hitch
Ikat item ke ujung tali.

Kupu-kupu Knot
Membentuk loop aman di tengah tali.

Carrick Bend
Join tali berat bersama-sama.

Cengkeh Hitch
Sebuah simpul sederhana untuk mengikat tali ke posting.

Sapi Hitch
Ikat tali untuk sebuah posting atau objek.

Constrictor Knot
Mengikat bundel item.

Ganda Nelayan
Bergabung dengan dua tali.

Gambar Delapan
Simpul terkuat untuk loop pada akhir tali.

Ketebalan Hitch
Lampirkan loop tali untuk objek.

Hitch Setengah
Dasar overhand simpul.

Naik-turun Knot Baris
Menambah bobot akhir tali.

Honda Knot
Simpul laso.

Klemheist Knot
Pemanjat bergerak lingkaran simpul

Mooring Hitch
Quick release simpul.

Monyet Fist
Simpul bola dekoratif.

Munter Hitch
Climbing belay simpul.

Pile Hitch
Pasang tali untuk objek.

Prusik Knot
Mengamankan loop bergerak dengan garis lain.

Bergulir Bend
Mengamankan garis untuk posting.

Bergulir Hitch
Mengamankan garis untuk posting.

Menjalankan Bowline
Sebuah simpul hidup.

Domba Shank
Gunakan untuk tali korsleting a.

Lembar Bend
Join tali ukuran yang tidak sama.

Selipkan Knot
Lain simpul untuk loop geser.

Tergelincir Buntline
Sebuah simpul cepat rilis.

Stopper Knot
Sebuah simpul stopper untuk akhir tali.

Simpul mati
Amankan barang tidak kritis.

Tautline Hitch
Sebuah simpul disesuaikan.

Kayu Hitch
Amankan tali di posting.

Supir Truk Hitch
Memuat mengamankan simpul.

Valdotain Tresse
Arborist naik / turun simpul.

Air Knot
Terbaik simpul untuk anyaman.

Yosemite Bowline
Sebuah simpul yang sangat aman loop.

Degree (Ikat Dua Tali Bersama)
Backup Knot
Menambahkan keamanan ke simpul primer.
Ganda Nelayan
 Bergabung dengan dua tali.

Domba Shank
 Gunakan untuk tali korsleting a.

Lembar Bend
Join tali ukuran yang tidak sama.
 Simpul mati
Amankan barang tidak kritis.
Air Knot
Terbaik simpul untuk anyaman.
Pasak (Ikat Tali untuk Object)
Blake Hitch
Arborist naik / turun simpul.
Buntline Hitch
Ikat item ke ujung tali.
Cengkeh Hitch
Sebuah simpul sederhana untuk mengikat tali ke posting.
Constrictor Knot
Mengikat bundel item.
Sapi Hitch
Ikat tali untuk sebuah posting atau objek.
Ketebalan Hitch
Lampirkan loop tali untuk objek.
Hitch Setengah
Dasar overhand simpul.
Klemheist Knot
Pemanjat bergerak lingkaran simpul
Mooring Hitch
Quick release simpul.
Munter Hitch
Climbing belay simpul.
Pile Hitch
Pasang tali untuk objek.
Prusik Knot
Mengamankan loop bergerak dengan garis lain.
Bergulir Bend
Mengamankan garis untuk posting.
Bergulir Hitch
Mengamankan garis untuk posting.
Tergelincir Buntline
Sebuah simpul cepat rilis.
Tautline Hitch
Sebuah simpul disesuaikan.
Kayu Hitch
Amankan tali di posting.
Supir Truk Hitch
Memuat mengamankan simpul.
Valdotain Tresse Knot
Arborist naik / turun simpul.
Loop (Membuat Loop di Rope a)
Bowline
Membentuk sebuah loop aman.
Bowline Pada Bight A
Membentuk lingkaran di tengah baris.
Kupu-kupu Knot
Membentuk loop aman di tengah tali.
Gambar Delapan
Simpul terkuat untuk loop pada akhir tali.
Honda Knot
Simpul laso.
Menjalankan Bowline
Sebuah simpul hidup.
Selipkan Knot
Lain simpul untuk loop geser.
Air Knot
Terbaik simpul untuk anyaman.
Yosemite Bowline
Sebuah simpul yang sangat aman loop.
Bermacam-macam
Naik-turun Knot Baris
Menambah bobot akhir tali.
Stopper Knot
Sebuah simpul stopper untuk akhir tali.
Monyet Fist
Simpul bola dekoratif.


@Impala Unibraw
Halaman Selanjutnya
« Prev Post
Halaman Sebelumnya
Next Post »
Thanks for your comment